Model Gaya Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan

mimpin Pertengahan (middle of the road style). Pemimpin dalam gaya ini ditandai dengan mencari solusi yang bermanfaat, meskipun tidak ideal, untuk masalah. Jika pendapat, gagasan, dan sikap pemimpin berbeda, mereka berusaha untuk tetap tegas dan mencari pemecahan yang tidak memihak.

Gaya Tim (team style). Perhatian yang tinggi terhadap tugas dan manusia adalah ciri gaya ini. Pemimpin tim ini sangat menghargai keputusan yang logis dan kreatif yang dibuat oleh orang-orang yang memahami dan setuju dengan organisasi.
Gaya Santai (country club style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang tinggi terhadap manusia dan rendahnya perhatian terhadap tugas. Pemimpin seperti ini sangat menghargai hubungan sosial yang baik.

Gaya Kerja (task style). Gaya ini mengutamakan pelaksanaan kerja tetapi kurang memperhatikan manusianya. Pemimpin gaya kerja adalah mereka yang memberi perhatian utama pada pelaksanaan dan penyelesaian tugas mereka secara efektif.
2. Teori Kepemimpinan Situasional. Penelitian kepemimpinan yang diselesaikan di Ohio State University memberi inspirasi kepada Hersey dan Blanchard (1974, 1977) untuk mengembangkan konsep kepemimpinan situasional (Stogdill & Coons, 1957). Kepemimpinan situasional dapat dilakukan dalam empat cara.

Memberitahu (telling). Komunikasi satu arah adalah ciri dari gaya ini. Di sini, pemimpin memberikan peran kepada anak-anak dan memberi tahu mereka apa, di mana, kapan, dan bagaimana mengerjakan tugas-tugas yang berbeda.
Mempromosikan (selling). Gaya ini ditandai oleh usaha melalui komunikasi dua-arah. Pemimpin menyediakan dukungan sosioemosional supaya anak-buah turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.

Berpartisipasi (participating). Gaya ini ditandai oleh komunikasi dua arah yang sebenarnya antara pemimpin dan anak buah selama proses pengambilan keputusan.

Mewakilkan (delegating). Dalam gaya ini, seorang pemimpin membiarkan anak-anaknya bertanggung jawab atas membuat keputusan. Dia melakukan ini karena anak-anaknya sangat siap dan siap untuk bertanggung jawab atas perilaku mereka sendiri.

3. Teori Empat Sistem. Likert (1967) menemukan bahwa ada empat sistem manajemen, atau gaya manajemen, yang berdasarkan analisis. Likert membagi gaya manajemen tersebut menjadi jenis berikut:

Sistem 1: Pengendali Mutlak. Metode ini berasal dari teori X McGregor. Mereka percaya bahwa cara terbaik untuk mendorong karyawan adalah dengan memberi mereka rasa takut, ancaman, dan hukuman. Manajer dan pemimpin memberikan bimbingan penuh dan pengawasan ketat.

Sistem2: Pengendali semi-mutlak. Gaya ini bersifat otoritarian, tetapi komunikasi ke atas mendorong bawahan untuk menyuarakan keluhannya.

Sistem3: Penasihat. Jenis ini sering melibatkan interaksi pada tingkat moderat antara atasan dan bawahan perusahaan. Informasi bergerak dari atas ke bawah, tetapi ada sedikit fokus pada ide dari atas.

Sistem4: Pengajak-Serta. Gaya ini sangat sportif, bertujuan untuk memastikan bahwa organisasi berjalan baik melalui partisipasi nyata karyawan.

4. Teori Kebergantungan. Fiedler (1967) menciptakan teori gaya kepemimpinan berdasarkan konsep kebergantungan. Teori ini menyatakan bahwa, selain kondisi tertentu, kinerja seorang pemimpin bergantung pada hubungan antara gaya kepemimpinannya dan situasi yang dihadapinya. Situasi kepemimpinan yang paling penting adalah:

Relasi pemimpin-anggota: Dianggap sebagai syarat utama untuk kepemimpinan yang efektif, relasi pemimpin-anggota yang baik terjadi ketika anggota menyukai, mempercayai, dan menghargai pemimpin.

Struktur tugas: Bagian ini memberikan penjelasan rinci tentang cara melakukan pekerjaan. Pengaruh pemimpin atas tim semakin besar jika tugasnya lebih terorganisir.

Kekuasaan jabatan: Didefinisikan sebagai tingkat hukuman, penghargaan, kenaikan pangkat, displin, atau teguran yang dapat diberikan pemimpin kepada anggota timnya. Pemimpin memiliki otoritas yang lebih besar jika mereka memiliki kemampuan untuk memberikan penghargaan dan juga untuk menjatuhkan hukuman.

Efektivitas pemimpin: Ditentukan oleh bagaimana gaya kepemimpinan (tugas atau hubungan) selaras dengan keadaan. Dalam keadaan terbaik, ada hubungan yang baik antara pemimpin dan anggota tim, tugas disusun dengan baik, dan pemimpin memiliki otoritas yang signifikan.

Contoh kasus yang menggunakan teori kepemimpinan situasional:

Kasus honda mengenai rangka ESAF

1. Memberitahu: Astra Honda menghadapi masalah dengan viralnya postingan motor Honda disebut-sebut mudah patah dan hancur dibagian rangka motor. Menghadapi masalah ini pemimpin memberitahu pada bawahan bahwa perlu adanya klarifikasi penjelasan agar mampu mengubah pemikiran masyarakat.
2. Mempromosikan: Pemimpin memberi saran kepada bawahan untuk memposting penjelasan terkait rangka dan mesin motor yang sebenarnya tidak semua motor rangkanya mudah patah setelah keluaran 2019.
3. Mewakilkan: Para bawahan setuju dengan keputusan tersebut dan menyarankan juga bisa memberi perbaikan rangka baru dengan garansi motor pengguna honda yang masih berlaku.
4. Mewakilkan: Akhirnya bawahan memutuskan untuk memberi penjelasan melalui memposting video dan penulisan website resmi terkait isu rangka motor honda yang mudah patah bahwa jika ada bercak kuning itu bukan karat namun silikat dan mengganti rangka baru selama masih ada garansi motor.

Itulah macam-macam model gaya kepemimpinan yang digunakan seorang pemimpin untuk meningkatkan kinerja perusahaan

 

Sumber : kompasiana.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *